Jumat, 31 Juli 2009

Mendobrak Tradisi Orientasi Study Mahasiswa (OSMA)

Tahun Ajaran Baru telah mulai dijalankan di setiap lembaga pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai Perguruan Tinggi (PT). Para siswa yang telah dinyatakan Lulus dalam Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan BSNP sebagai Badan Independen beberapa waktu lalu, telah mulai mendaftarkan diri ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Yang lulus SD melanjutkan ke SMP, yang dari SMP ke SMA/sederajad, dan siswa yang lulus SMA mulai mencoba menggapai cita-cita mereka dengan melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi.
Dalam setiap memasuki jenjang Perguruan Tinggi, seorang siswa atau calon mahasiswa membutuhkan penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru, dunia akademis yang baru, yang sama sekali berbeda dari lingkungan sekolah sebelumnya. Mahasiswa Baru (MABA) sangat membutuhkan pengenalan terhadap civitas akademika yang ada di kampusnya dan berbagai informasi yang berkaitan dengan dunia kampus, mereka dituntut untuk cepat beradaptasi terhadap sistem perkuliahan di kampus dan segala hal yang berkaitan dengan kampus yang akan dihadapi mereka. Maka dari itu, di perlukan bimbingan dan arahan dalam proses transisi dari yang semula adalah seorang siswa sekolah, menjadi “MAHASISWA” Perguruan Tinggi, yang biasa di laksanakan dalam masa orientasi mahasiswa baru.

Orientasi Study Mahasiwa (OSMA) sangatlah penting untuk di laksanakan di awal-awal masa orientasi mahasiswa baru tersebut. Mereka yang mengikuti kegiatan OSMA, diharapkan akan mampu menjadi mahasiswa yang mempunyai orientasi yang jelas dan tidak menyimpang, khususnya dalam bidang akademik. Akan tetapi, seiring dengan pergantian tiap periode akademik, banyak hal yang kemudian mencederai tujuan mulia tersebut. Tidak sedikit pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembentukan ‘orientasi’ dalam diri mahasiswa, menyalah gunakan wewenang dan senioritasnya dalam hal-hal yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, dan mereka tidak memperhatikan lagi tujuan apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam kegiatan OSMA itu.
Sudah bukan rahasia lagi jika dalam sebuah kegiatan orientasi, banyak terjadi tindakan-tindakan yang bisa dibilang kurang manusiawi yang dilakukan oleh senior kepada yuniornya. Makian, bentakan, sumpah serapah dan bermacam-macam bentuk perpeloncoan, bagaikan bumbu yang biasa mewarnai tradisi OSMA, bahkan tindak kekerasan senior yang berujung pada kematian yuniornya sering kita dengar dari media massa nasional, cetak maupun elektronik. Pernah kita dengar kasus IPDN yang menggerkan publik Indonesia, dengan terungkapnya beberapa ‘maba’ yang tewas disiksa seniornya dengan alasan indisipliner dan tidak mematuhi perintah seniornya. Dan masih banyak tentunya kejadian serupa yang sangat disayangkan harus terjadi di dunia akademik Indonesia tercinta.

Oleh karena demikian, banyak praktisi pendidikan kemudian mengkritisi terhadap adanya kegiatan orientasi seperti itu, yang menurut mereka tidak mendidik dan tidak bermanfaat, baik bagi siswa atau mahasiswa dan juga lembaganya. Sebagian yang lain menganggap bahwa kegiatan tersebut hanya akan membuat calon siswa atau mahasiswa menjadi phobia pergi ke sekolah atau kampus barunya, dan akan timbul kesenjangan serta akan terjadi motifasi balas dendam antara yunior dan senior yang kemudian berimplikasi pada hasil akademik mereka.

Berdasarkan hal-hal diatas, maka mahasiswa sebagai “Agent of Change”, harus berani mendobrak tradisi Orientasi Study Mahasiswa (OSMA) yang menyimpang diatas. Dengan mengusulkan sebuah solusi perubahan yang berdasarkan pada paradigma berpikir yang kritis dan transformatif, bukan hanya normatif dan pragmatis.
Semoga dari artikel pendek ini, akan mampu menjadi sebuah inspirasi bagi mahasiswa-mahasiswa yang memiliki idealisme tinggi dan gelora yang menyala-nyala sebab ingin melihat indonesia berubah menjadi lebih baik. Yang dari itu, akan muncul Soekarno-soekarno baru, sosok mahasiswa yang selalu berzikir, berfikir dan beramal soleh…. Amin.

Wassalam…

Original by: Lukman Hakim (Ketua Panitia OSMA)
“Sorry, agak narsis” :-)